Lanjuuuuuuttt. . .
“O ah heee, Toru-san?”, tiba2 seorang gadis ABG dan 2 orang temannya mendekat. “Ah iya ini Toru kan? Waaah lagi2 bersama gadis ini?”, tambah si gadis kedua. “Iya ya. Pine ya? Wah manis juga kalo dilihat langsung”, gadis ketiga agak sedikit ramah, terlihat dari nada bicara dan tatapannya padaku, dia berbeda dari dua orang temannya. “O oh ya”, aku hanya membalasa perkataannya dengan kata2 sesingkat mungkin. “Oh gomennasai, kami buru2”, tiba2 Toru menarik tanganku dan berbalik arah menuju ke mobilnya.
“Ah biasanya kedai ini tidak ramai, aku biasa makan sendiri dana man saja”, kata Toru. Kali ini kita sudah berada di dalam mobil Toru. Entah mengapa aku refleks berjalan mengikuti Toru, padahal aku sudah tau tentang gosip yang beredar. “Toru-san.”, aku ingin bertanya, tapi aku ragu, hanya bisa memanggil namanya, tidak kulanjutkan pertanyaanku. “Hm?”, dia membalas perkataanku tadi, seolah mengerti maksudku. “Ah tidakpapa. Hmm aku turun di depan apartemenku saja ya”, kataku. “Mending kita sarapan dulu, kamu tadi mau sarapan kan? Gara2 aku malah gak jadi”, dia mengajakku sarapan. Oh God, ini mimpi di pagi buta macam apa ini… “Emm bukannya aku menolak ajakanmu, tapi kan…”, aku berkata sedikit hati2, namun dia memotong pembicaraanku. “Sudahlah, ikuti saja kata2ku, kali ini kita aman”, kata Toru sambal terus mengemudikan mobilnya. Sekitar 10 menit kami terdiam, aku tidak tau mau mengajaknya berbincang tentang apa, tentang gossip itu? Mana mungkin. “Kamu suka makan nasi pecel ya kalo sarapan?” tanyanya tiba2 memecah keheningan. “Oh hm iya, kadang2 sih”, jawabku singkat. Tiba2 Toru menepi pada sebuah jalan di depan sebuah bangunan besar yang sangat tinggi, seperti apartemen. Dia memainkan ponselnya seperti hendak menelpon sesorang.
“Kamu dimana? Oh. Aku di depan apartemenmu. Akum au minta tolong nih, sini dong. Aku tunggu di mobil ya”, isi pembicaraan Toru pada sesorang lewat ponselnya. 3 menit kemidian, seseorang datang mendekati mobil Toru, dia laki2 yang menggunakan celana pendek diatas lutut, kaos oblong putih dan sandal jepit. Toru segera membuka kaca jendela mobilnya. “What’s up, bro?”, laki2 itu sedikit merunduk, karena mobil Toru sedikit pendek. Laki2 itu melihatku duduk di kursi penumpang samping Toru, dia tersenyum dan mengangkat alisnya saat melihatku. “So she is Pine, right?”, katanya sambil menunjukku. Aku sedikit kaget saat dia menyebut namaku, ah tapi setelah kupikir, pasti karna gosip itu, ya semua orang mungkin sudah tau. “Hm Pine, ini Jamil. Dia temanku”, Toru memperkenalkan Jamil padaku. “Bro, beliin sarapan dong”, pinta Toru pada Jamil sambil sedikit menarik2 kaos Jamil, dia kelihatan imut sekali. “Tumben, biasa kamu pergi sarapan sendiri”, kata Jamil dengan tatapan curiga. “Oh aaaah aku tau. Ok, aku keluar sebentar, kalian naiklah ke dalam”, jawab Jamil sambil menunjuk gedung apatemen dibelakangnya kemudian tertawa dan memukul pelan lengan Toru. “Oh atau kau ke studio saja, disana pasti belum ada orang jam segini, disana juga daerah pinggir kota jadi kalian pasti tidak terlalu mencolok, sepi, sunyi, berdua, dan…”, kata2 Jamil terhenti karna Toru memukul kepalanya. “Hahaha ok aku belikan sarapan kalian, silahkan ke studio tuan dan nyonya”, Jamil berkata sambil mundur dua langkah dan melambaikan tangannya. Mobil Torupun pergi melaju meninggalkan Jamil. “Saya Yamashita Toru, driver anda nyonya Pine. Kita akan menuju ke studio ONE OK ROCK, mohon gunakan sabuk pengaman anda”, Toru berkata dengan formal kali ini, kawaii. Tapi… Apa? Studio ONE OK ROCK? “Aaaaah Toru-san, gomen ne! aku tidak bisa pergi bersamamu, aku harus latihan dengan SCANDAL jam 1 siang ini”, kataku dengan kedua tangan menempel dipipiku. “Kau pikir studio ONE OK ROCK ada di Planet Mars? Kau tidak akan datang telat pada latihan perdanamu, yakinlah padaku, toh ini baru jam setengah 9 pagi”, jawab Toru dengan dibubuhi sedikit tawa kecil yang membuatnya terlihat semakin tampan. Aku mulai berandai-andai sesuatu yg mustahil, “Baru saja tadi malam kita makan bersama, pagi ini kita juga akan makan bersama lagi, aaaaah andai saja bisa setiap hari, kita makan bersama, tertawa bersama, menangis bersama, menonton tv bersama, main gitar bersama, tidur bersama. What? TIDUR? BERSAMA?” tiba2 aku bangun dari khayalanku, segera kutampar pipiku kuat2. “Hey kenapa? Apa tidak sakit?”, tiba2 suara Toru muncul. Rupanya aku benar2 menampar wajahku sendiri kali ini. “O eh em tidakpapa, aku hanya sedikit ngantuk, supaya tetap sadar, aku menampar pipiku hehe”, aku segera menundukkan kepalaku. Aku benar2 malu. “Kalo ngantu ya tidur aja, nanti aku bangunin, masih 20 menit lagi kita baru sampai, toh tadi malam kita pulang larut malam, pasti kamu kurang tidur”, aaah Toru perhatian sekali. Andai saja pacarku dulu seperti dia, pasti tidak akan ku putuskan.
Kami sudah sampai di studio ONE OK ROCK. Studio yang sangat megah. Sesuai dengan ketenaran band ini. “Aku akan bekerja dengan SCANDAL untuk beberapa waktu ini, tapi aku bahkan belum menginjakkan kaki ke studio mereka, justru malah ke studio ONE OK ROCK duluan”, aku berkata pada Toru sambil terus memutarkan padangan pada setiap sisi studio ini. “Studio SCANDAL juga keren kok”, kata Toru dengan senyum menawan ala cowok2 ganteng di drama.
Kami duduk disebuah sofa, bersebelahan seperti semalam, hanya saja kali ini posisinya sedikit berjauhan, sofa ini cukup besar ukurannya jadi gak bisa mepet2 hahaha. Tiba2 toru berdiri. “Ah jadi lupa, mau minum apa? Ada air mineral, kopi, teh, susu, soda, atau… sake? Hahaha”, Toru tertawa membuatnya terlihat semakin bercahaya dimataku. Aku tidak menjawabnya, aku hanya terseyum melihat pangeran di depanku tertawa. “Ah ini masih pagi, apa kita minum susu saja ya?”, kali ini Toru berkata sambil berjalan menuju kulkas tang berada disudut ruangan. “Waaah ada susu strawberry, ini pasti punya Tomoya”, dia berbicara sendiri, seolah2 berbicara pada kulkas. Dia mengambil 2 kaleng susu, lalu menutup kulkas, dan berjalan ke arahku. “Minum dulu ya, gak ada makanan sih disini. Jamil lama bgt ya?”, Toru kembali duduk disampingku sambil menarik penutup kaleng susu dan memberikannya padaku. Dia bahkan membukakan kaleng susu untukku. Kali ini ketampanannya semakin bertambah, dan kupikir akan terus bertambah jika Jamil tidak segera datang. “Arigatou gozaimasu”, segera kuterima kaleng susu yang diberikannya dengan sedikit anggukan kepala. “Kenapa formal sekali sih? Apa aku setua itu untuk seumuranmu?”, katanya sambil meneguk susunya. Sebuah pemandangan indah dipagi hariku, jakun Toru bergerak naik turun beberapa kali, Toru juga sedikit mendangak, membuatku leluasa memperhatikan keindahan bagian lehernya. Aaaaaah aku akan gila jika tidak ada seseorang yang datang menyelamatkanku dari khayalan kotorku ini. Dan benar, Tuhan mendengar raungan hatiku yang begitu kuat, dia segera mengirimkan orang untuk menolongku dari kegilaan ini. Jamil akhirnya tiba di studio. “Sorry ya lama, tadi susah banget nyari nasi pecelnya”, dia datang dan membawa 3 porsi nasi pecel. Kami makan bersama, setelah makan kami mulai berbincang2, kali ini suasana sedikit lebih cair dibanding sebelumnya, karena Jamil sangat interaktif, dia tampak seperti orang yg sangat menyenangkan. Meskipun baru kenalan tadi pagi, tapi aku tidak sungkan berbicara lepas dengannya, aku bahkan sedikit curhat masalah rasa grogiku pada SCANDAL, aku juga bilang kalo aku sedikit takut untuk memulai latihanku siang ini. Dia segera menyemangatiku, dan meyakinkanku bahwa semua akan berjalan lancer. “Tidak ada yang perlu ditakutkan, kami semua sudah dengar tentang skill bermain gitarmu dari Miu. Ditambah lagi, semua mengira kau pacarnya Toru, salah satu gitaris handal yang dimiliki Jepang. Siapa yang berani meragukan permainanmu?”, Kata2 Jamil barusan membuatku membelalak. Seperti dugaanku, Jamil sudah tau tentang gosip ini. Toru yang sedang meneguk air mineral, tersedak seketika. Toru segera memukul kepala Jamil. Jamil hanya tertawa sambil memcoba menggelitiki perut Toru. “Ah tapi aku pikir, aku menyukaimu, Pine-chan. Jadi aku pasti setuju kalo kau dan Toru pacaran beneran hahaha”, kata2 Jamil kali ini, membuat pipiku memerah. Aku hanya tersenyum dan menundukkan kepalaku. Tiba2 aku teringat bahwa semalam Toru bilang adalah malam terakhir hari liburnya, berarti hari ini harusnya mereka mulai bekerja lagi. “Oh iya. Day off-mu sudah habiskan, Toru?”, tanyaku. “Iya jam 1 ini kita aka nada rapat kecil dengan manajemen untuk membicarakan konsep album baru”, jawab Jamil. Padahal aku bertanya pada Toru. “Hah? Ini sudah hampir jam 12, kalo begitu aku harus pergi sekarang”, segera aku bangkit dari sofa. “Baiklah nyonya, aku akan mengantar anda ke studio SCANDAL”, Toru juga segera bangkit dari sofa. Jamil hanya melirik kami berdua dengan senyuman lebar yang mungkin bermakna “cie cie cie”.
“Ah jangan, kamu harus rapat kan? Aku naik bus aja. Masih sempat kok, masih ada waktu satu jam lebih”, kataku pada Toru. “Aku juga masih punya waktu untuk mengantarmu dan kembali kesini lagi”, Toru menarik tanganku, Jamilpun ikut mendorong punggungku, seolah menyuruhku untuk bersedia diantar oleh Toru.
Turun dari mobil Toru, aku kemudian melambaikan tanganku padanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Rina yang barusan datang memukul pundakku dan berkata,”Jadi kalian sudah resmi pacaran nih?”, dia mencoba menggodaku kali ini. Dia tampak cantik sekali dengan dress warna maroon dengan sneakers putih. “Tidak… kami gak pacaran kok”, aku sedikit memonyongkan bibirku pada Rina.
Setelah 3 jam berada di studio SCANDAL akhirnya semua hampir selesai, mulai dari pertemuan dengan manajemen, tanda tangan kontrakku, dan perbincangan dengan para member mengenai lagu-lagu SCANDAL yang harus ku pelajari, dan juga kami sempat latihan beberapa lagu bersama. Tidak seburuk yang kubayangkan, justru berjalan lancar seperti kata Jamil tadi. Aku sungguh berterimakasih pada Miu, sudah mempromosikanku pada SCANDAL.
Sekarang pukul 16.30 aku berada disebuah kedai kopi menunggu Su-chan. Seperti biasa, hanya dia sahabatku satu2nya di Jepang. “Ah dari tadi ya? Maaf ya lama, aku tadi mampir ke toko kosmetik, bedakku mau habis hehe. Ah iya, dan ini sedikit hadiah untukmu”, Su memberiku sebuah kantung kecil yg terbuat dari kertas berwarna pink. “Apa ini? Aku lagi gak ulang tahun loh hari ini”, kataku. “Ah itu hadiah untuk menyemangatimu. Bagaimana latihanmu tadi?”, tanya Su antusias. “Hmmm gimana ya?”, kataku sambil membuka hadiahku, didalamnya ada penjepit bulu mata, mascara, eyeliner, dan pensil alis. “Aaaaah terimakasih untuk hadiah ini, tapi aku tidak yakin bisa menggunakannya dengan benar”, kataku. “Makanya kau harus belajar, masa kau hanya menggunakan bendak dan lipstick terus2an, kau ini akan sering tampil di hadapan banyak orang”, kata Su. “Ya tapi kan, pasti SCANDAL punya beberapa make up artist”, jawabku. “Yaaa yang ini kau gunakan saat kau pergi2 saja, atau saat kau kencan dengan Toru”, Su berkata sambil meletakkan telunjuknya pada pipiku dan aku segera menjauhkan wajahku. “Aaah jadi gossip itu benar ya?”, Su mendekatkan kepalanya padaku, dan membuka matanya yg sipit itu selebar2nya. “Ya gak lah, kalopun iya, gak mungkin kamu gak ku kasih tau duluan”, aku segera menempelkan telapak tanganku pada pipinya kemudian mendorongnya menjauh. “Baiklah, aku percaya kali ini. Tapi… aku lapar sekali, akum au di traktir sahabatku yang sebentar lagi akan terkenal ini”, Su mulai memasang wajah imutnya dan menempelkan kepalanya di bahuku.
Tiba2 dua orang wanita kurus tinggi, berkulit putih pucat, berambut pirang mendatangi kami. “Woaaah andai saja bodyku setinggi mereka”, kata Su sambil terkagum2. “Oh liat, mereka menuju kesini, apa bule2 itu temanmu?”, tanya Su padaku. “Tidak, aku tidak mengenal mereka”, jawabku. Dua gadis itu semakin mendekat. Dan akhirnya mengambil kursi dan duduk satu meja dengan kami tanpa permisi. “Pine-san?”, tanya salah satu dari mereka. “Iya. Kalian siapa?”, aku menjawab dengan sok ramah sambil mengulurkan tanganku, mengajak bersalaman. Tapi sama sekali tidak dibalas olehnya. Dia hanya tersenyum. “Jadi hubunganmu dan Toru sudah pada tahap apa?”, gadis lainnya mulai bertanya padaku. “Maaf, tapi bisa kalian jelaskan dulu, siapa kalian berdua?”, kali ini aku memasang wajah yang sedikit tidak bersahabat. “Iya, bisakah kalian berkenalan secara benar seperti orang pada umumnya?”, tambah Su. “Sudah jawab saja”, kata gadis itu sedikit membentak. Gadis satunya mengangkat tangan kirinya, seolah mengisyaratkan temannya untuk tidak emosi. “Well, I’m Nancy, Toru’s girlfriend. And this is Nyta, my friend. Oh, sorry. I mean, my best friend. Nice to meet you!”, gadis ini memperkenalkan dirinya dan temannya.
. . . . . . .
B E R S A M B U N G